Setitik Rasa

Tuesday, May 8, 2012

Aku tak dapat tersenyum pagi ini, Satu titik rasa itu bergejolak dalam dadaku. Titik itu seperti menusuk hingga ke dasar lubuk hatiku. Titik itu memberikan luka tak terkira. Mimik wajahku tak mampu berbohong. Meskipun aku mencoba menutupi, aku tak mampu membohongi diriku sendiri. Setitik rasa itu sudah menjalar ke pembuluh darah di seluruh tubuhku. Sehingga antara hati dan otakku seakan gamang, sulit untuk berjalan berdampingan. Bagiku kini semua sulit untuk di logika. Bahkan hal yang di depan matapun sudah tak ku anggap lagi. Rasa itu....ada.... namun ia datang dan pergi. Rasa itu hanya sebuah titik, tapi goresannya tepat mengena di jantungku. Membuatku sulit bernafas, tak dapat berkata, dan masuk dalam lingkaran tanda tanya. Setitik rasa itu bagai bagian dari diriku. Kepergiannya meninggalkan angan yang merekat erat dalam substansi abu-abuku. Kedatangannya membawa asa yang mengukir substansi putihku. Kini aku mendapati titik itu ada di sudut mataku. Aku bahkan tak dapat melihatnya dengan mata hatiku. Persembunyiannya bagai sebuah teka teki tanpa petunjuk. Kemunculannya bagai sebuah langkah tanpa jejak. Rasa itu.... akan tetap menjadi sebuah titik yang hanya bisa kurasakan tanpa bisa melihatnya. Rasa itu.... hanyalah sebuah pengharapan yang bisa sentuh namun tak bisa ku genggam.

0 comments: