Lewat pukul 8 kemarin malam saya sedang ada di dalam mobil bersama teman-teman dalam perjalanan pulang. Saya duduk di kursi tengah dengan pandangan lurus ke depan. Sementara teman-teman saya ini sibuk dengan perbincangan, saya asik memperhatikan kerlap-kerlip di langit melalui kaca depan mobil. Ya, kembang api. Saya mengamati kembang api tersebut yang gemerlap dalam gelapnya malam.
Kenangan dua tahun yang lalu pun kembali muncul dalam pikiran.Saya teringat ketika malam tahun baru tahun 2011 saya sedang berada di rumah di Sg Hanching menatap langit melalui jendela dapur dalam posisi lampu dimatikan. Ketika itu saya merasa ini tahun baru pertama saya di luar negeri. Tahun baru di Brunei Darussalam selalu saja diwarnai dengan kembang api yang sahut menyahut tepat ketika waktu menunjukkan pukul 00.00. Saya pun kembali teringat ketika masa raya tahun 2011 kembang api kembali dinyalakan. Berbeda dengan di Indonesia yang hanya menggunakan kembang api saat malam takbir hari raya, di Brunei Darussalam kembang api akan dinyalakan setiap hari, selama satu bulan. Hari Raya Idul Fitri di Brunei memang dirayakan selama satu bulan. Tiap-tiap rumah mengadakan open house dan mengundang keluarga, rekan, kenalan, dan teman untuk datang bersua dan menikmati sajian bersama-sama layaknya sedang berpesta. Setiap rumah yang mengadakan open house pasti menyalakan kembang api yang merupakan pertanda bahwa rumah tersebut tengah mengadakan open house.
Tahun baru Cina 2011. Saat itu saya menghabiskan malam tahun baru sendirian di Kuala Belait. Di tengah remang-remangnya malam suara kembang api kembali memeriahkan suasana pergantian tahun. Keesokan harinya saya menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan ke Seria. Dan tak menyangka ketika tengah hari sebuah panggilan masuk dan meminta kembali untuk bekerja. Rupanya seekor kucing ras datang dengan gejala klinis yang menurut saya tidak umum. Kucing tersebut mengalami poliuria. Berkali-kali kucing betina ini kencing sejak pagi hari. Dari anamnesa dan pemeriksaan tidak ada yang menunjukkan adanya kondisi tidak sehat. Hanya satu petunjuk yang cukup penting dari pemilik. Pemilik rumah yang kebetulan seorang Tionghoa sedang merayakan tahun baru dan menyalakan petasan serta kembang api yang jumlahnya sangat banyak. Kucing tersebut terlihat panik dan ketakutan. Baru di pagi harinya gejala yang disebutkan pemiliki muncul. Dari sinilah saya menarik kesimpulan bahwa kucing mengalami stres dan membutuhkan kondisi tenang untuk mengembalikan status kesehatannya. Tahun terakhir adalah tahun 2012. Saya tidak terlalu ingat posisi saya waktu itu. Satu hal yang pasti adalah saya sendiri entah itu di KB ataupun di Bandar. Malam tahun baru itu adalah malam terakhir saya menikmati kembang api di Brunei sebab di akhir bulan saya sudah kembali ke Indonesia.
Inilah sepotong kisah, perpotongan silang antara memori dan kembang api. Tak menyangka letupan kembang api di langit malam itu membangkitkan kenanganku tentang negeri sang Sultan.
Letupan-letupan itu gelorakan jiwaku
Membangkitkan kisah kasih tentang sebuah negeri
Percikannya takkan buat kenangan itu berlalu
Selalu, sisakan noktah terindah dalam hati
Kembang Api dan Sepotong Memori
Tuesday, July 15, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment