Beberapa minggu ini saya 'disibukkan' dengan sebuah kata yaitu LOGIKA. Apa sih logika itu sebenarnya? Apa itu sejenis makanan atau apa? Mengapa kata-kata itu tampak begitu agung bagi orang-orang di lingkungan kerja saya? Dan mengapa mereka selalu berkata “Kalau dipikir secara logika..... bla.. bla.. bla...”. Tak hanya sekali, saya mendengar kata itu hingga tiga kali dalam sehari, seperti makan obat saja.
Kalau saya mencari lewat mesin pencari seperti google, maka yang saya temukan, “Logika adalah hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa”. Saya bukanlah orang filsafat yang mengerti banyak hal tentang teori logika. Saya hanya tahu bahwa manusia itu harus berfikir secara rasional dan bertindak tanpa menyalahi norma yang ada.
Apakah ada ciri-ciri khusus yang membedakan antara orang yang berfikir dengan logis dan tidak? Apakah orang yang berfikir dengan logika itu pasti memiliki pemikiran yang dewasa? Hmmm banyak sekali pertanyaan saya tentang logika ini. Logika tampaknya menjadi seperti pola pikir yang menyebabkan orang bisa membentuk suatu argumen, ada sebab-ada akibat. Pertanyaan saya yang timbul selanjutnya adalah apakah semua hal harus di pikir secara logika? Jika jawabannya iya, lalu bagaimana dengan liri lagu milik Agnes Monica yang menyatakan 'Cinta ini kadang-kadang tak ada logika'?
Pernah suatu kali seorang seorang klien datang ke klinik. Teman saya terlihat sibuk mengaduk-aduk file. Saat saya menanyakan nama klien itu, teman saya diam, lalu berkata
“Nama hewannya Sol”
Baiklah, saya membantu mencari lewat buku bertuliskan nama pasien, mungkin saja dia tak begitu jelas mendengar nama pemiliknya, pikir saya. Tak berapa lama, datang paramedis yang juga menanyakan hal yang sama kepada teman saya. Akhirnya diapun menjawab
“Saya sebenarnya pernah ke rumahnya, tapi lupa namanya. Malu mau tanya”
Kontan saja saya dan paramedis berpandangan penuh rasa heran. Jika dia tidak tahu namanya mengapa sibuk mencari file? nama siapa yang dia cari? Dalam logika teman saya ini, jika dia bertanya maka dia akan merasa malu sebab ia melupakan nama klien sementara klien saya ingat teman saya pernah datang ke rumahnya. Tetapi teman saya ini sepertinya melupakan suatu pemikiran yang mudah dan sederhana.
“Malu bertanya sesat di jalan. Jika memang tidak tahu maka bertanyala lah”
Teman saya ini memang memikirkan segala sesuatunya dengan logika. Apakah logika itu kemudian membuat orang tidak mau bertanya, karena semua sebab-akibat sudah ia pikirkan sendiri? Apakah logika juga membuat orang tidak mampu memikirkan jalan keluar yang lebih ringan dan sederhana?
Seorang teman di Kompasiana mengatakan begini Ada saatnya kita berpikir kritis dan ada saatnya kita berpikir sederhana. Yang penting berhikmat dalam pemikiran dan bijaksana dalam bertindak. Jangan menyederhanakan hal yang kritis dan juga jangan mengkritisi hal yang sederhana. Berpikir sederhana itu bukan berarti tidak berlogika. Semua permasalahan tetap dipikirkan dengan baik. Sebuah situs mengatakan jika seseorang mampu berfikir dengan logika sederhana, artinya ia mampu menyelesaikan suatu permasalahan, mengutarakan argumen dengan timbal balik positif, rasional, dan mampu diterima oleh orang lain.
Logika, mungkin orang-orang di lingkungan kerja saya sudah benar-benar 'terkontaminasi' dengan kata tersebut. Jujur, daripada mengatakan logika dan logika setiap hari, lebih baik selesaikan saja semua urusan tanpa banyak bicara dan komentar. Pemikiran saya hanya sederhana saja, mau berpikir secara logika atau secara apapun itu yang penting suatu permasalahan bisa diselesaikan.