Sekitar tanggal 30 Juni yang lalu, seekor kucing persia jantan usia 2tahun
datang ke klinik dengan keluhan muntah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan
vesica urinaria yang membesar disertai dengan tidak bisa berurinasi. Kucing
kemudian ditreatmen dengan kateterisasi selama satu minggu dan diberi injeksi
antibiotik serta infus RL 24 jam. Makanan juga diberikan prescription diet dari
Royal Canine, Feline Urinary.
Setelah satu minggu kateter di lepas. Nero sudah bisa berurinasi dengan lancar tanpa menggunakan kateter. Pemilik pun diberi tahu untuk segera mengambil kucing untuk mendapat terapi lanjutan di rumah. Beberapa hari menunggu kucing tak kunjung di ambil. Setiap kali di hubungi pemilik selalu sedang sibuk dan belum sempat untuk menjenguk atau mengambil.
Hingga satu pagi, kami menemukan telinga Nero mengeluarkan cairan berwarna kehitaman yang kemudian kami bersihkan. Pada saat itu di ruang rawat inap terdapat 3 ekor kucing lainnya, satu kucing dengan kasus sama seperti Nero dan dua lainnya adalah kucing yang memang stay di klinik, tidak menderita penyakit apapun. Hari berikutnya telinga Nero kembali mengeluarkan cairan berwarna kehitaman, sebagian sudah mengeras. Kami kembali membersihkan dan memberi obat tetes antibiotik. Curiga dengan kondisi Nero yang agak menurun, kami pun mengukur temperatur. Dan memang benar bahwasannya Nero sedang Demam.
Infus yang dua hari lalu dilepas kembali di pasang. Kami tidak memakai RL tetapi NaCl. Untuk menurunkan panas disuntikkan tolfedin. Pemberian tolfedin ternyata membuat suhu Nero drop hingga 37.1. Akhirnya treatmen diganti dengan menggunakan kombinasi ampicillin dan doxicycline. Cukup berhasil sebab beberapa hari selanjutnya suhu tubuh Nero berada di kisaran 39. Kondisi tubuh Nero terbilang buruk, ia bahkan tidak mau makan sama sekali. Fesesnya tidak pernah berbentuk namun tidak juga encer, hanya seperti pasta. Hingga 3 hari yang lalu kami baru menemukan bahwa terdapat banyak ulcer di lidah dari ujung dan sepanjang tepi. Ulcer berukuran kecil dan berwarna merah.
Ulcer di mulut pada kucing menunjukkan gejala spesifik untuk kasus yang disebabkan oleh calicivirus. Virus ini paling banyak menyerang pada kucing-kucing yang tidak pernah di vaksin atau vaksinnya tidak lengkap. Terapi akhirnya ditambahkan dengan pemberian amoxicillin satu hari sekali pada saat yang sama dengan pemberian doxicycline. Jujur saja, baru kali ini saya mengikuti terapi dimana dalam sehari hewannya mendapat treatment dengan tiga antibiotik yang berbeda. Untungnya, tidak ada gejala keracunan dari kombinasi ketiga obat tersebut. Disamping antibiotik, juga ditambahkan vitamin B12 dan absorben lambung.
Perlahan kondisi Nero mulai membaik. Kotoran di telinga mulai mengering setelah sebelumnya sampai berwarna kemerahan. Lidah Nero sebelumnya tampak seperti ada gangren dengan warna kehitaman. Namun sehari kemudian warna hitam itu menghilang dan yang tersisa adalah ulcer berwarna merah. Nero pun sudah mau makan sendiri meskipun hanya sedikit.
Terkait dengan otitis yang diderita Nero, saya menemukan satu statemen dari 5minutes yang bisa menjelaskan adanya kondisi ini.
" Otitis media/interna most often arises from extention of infection of the external ears through the tympanic membrane but may extend from oral and nasopharyngeal cavity via the eustachian tube. Otitis interna also can result from hematogenous spread of a systemic infection"Berdasarkan pernyataan tersebut saya bisa menarik benang merah bahwasannya pada kasus kucing Nero, otitis berasal dari infeksi di lidah (ulcer) yang masuk ke telinga melalui saluran eustachius.
Sumber utama dari calicivirus Nero belum diketahu dengan pasti sebab kucing yang lain masih dalam keadaan sehat. Saya menduga kondisi Nero saat itu sedang lemah, ditambah dengan tidak ada vaksinasi sehingga virus cepat berjangkit. Satu yang saya garis bawahi adalah kateterisasi selama satu minggu. Saya sebelumnya hanya melakukan kateterisasi selama 3-4 hari sebab selepas itu penis dan saluran kecing rentan terhadap infeksi. Perlu diingat, kateter adalah benda asing yang jika dipasang dalam jangka waktu panjang bisa menimbukan iritasi. Sempat juga awalnya saya menduga Nero demam akibat adanya infeksi dari kateter. Senior saya pun mengatakan hal serupa, bahwa biasanya hewan yang dikateter mengalami demam setelah kateter di lepas.
Bercermin dari kasus kucing Nero, sangatlah penting untuk mengecek status vaksinasi sebelum hewan masuk ke ruang rawat inap. Dan yang kedua adalah periksa dengan teliti setiap bagian dari tubuh hewan agar bisa lebih mengetahui detail dari penyakitnya. Kucing Nero saat ini dalam kondisi cukup baik. Infus masih terus diberikan. Kami tetap memantau suhu tubuhnya agar tetap pada kisaran normal. JIka pemilik mengambil, terapi akan dilanjutkan dengan oral medication untuk pemberian di rumah.
Setelah satu minggu kateter di lepas. Nero sudah bisa berurinasi dengan lancar tanpa menggunakan kateter. Pemilik pun diberi tahu untuk segera mengambil kucing untuk mendapat terapi lanjutan di rumah. Beberapa hari menunggu kucing tak kunjung di ambil. Setiap kali di hubungi pemilik selalu sedang sibuk dan belum sempat untuk menjenguk atau mengambil.
Hingga satu pagi, kami menemukan telinga Nero mengeluarkan cairan berwarna kehitaman yang kemudian kami bersihkan. Pada saat itu di ruang rawat inap terdapat 3 ekor kucing lainnya, satu kucing dengan kasus sama seperti Nero dan dua lainnya adalah kucing yang memang stay di klinik, tidak menderita penyakit apapun. Hari berikutnya telinga Nero kembali mengeluarkan cairan berwarna kehitaman, sebagian sudah mengeras. Kami kembali membersihkan dan memberi obat tetes antibiotik. Curiga dengan kondisi Nero yang agak menurun, kami pun mengukur temperatur. Dan memang benar bahwasannya Nero sedang Demam.
Infus yang dua hari lalu dilepas kembali di pasang. Kami tidak memakai RL tetapi NaCl. Untuk menurunkan panas disuntikkan tolfedin. Pemberian tolfedin ternyata membuat suhu Nero drop hingga 37.1. Akhirnya treatmen diganti dengan menggunakan kombinasi ampicillin dan doxicycline. Cukup berhasil sebab beberapa hari selanjutnya suhu tubuh Nero berada di kisaran 39. Kondisi tubuh Nero terbilang buruk, ia bahkan tidak mau makan sama sekali. Fesesnya tidak pernah berbentuk namun tidak juga encer, hanya seperti pasta. Hingga 3 hari yang lalu kami baru menemukan bahwa terdapat banyak ulcer di lidah dari ujung dan sepanjang tepi. Ulcer berukuran kecil dan berwarna merah.
Ulcer di mulut pada kucing menunjukkan gejala spesifik untuk kasus yang disebabkan oleh calicivirus. Virus ini paling banyak menyerang pada kucing-kucing yang tidak pernah di vaksin atau vaksinnya tidak lengkap. Terapi akhirnya ditambahkan dengan pemberian amoxicillin satu hari sekali pada saat yang sama dengan pemberian doxicycline. Jujur saja, baru kali ini saya mengikuti terapi dimana dalam sehari hewannya mendapat treatment dengan tiga antibiotik yang berbeda. Untungnya, tidak ada gejala keracunan dari kombinasi ketiga obat tersebut. Disamping antibiotik, juga ditambahkan vitamin B12 dan absorben lambung.
Perlahan kondisi Nero mulai membaik. Kotoran di telinga mulai mengering setelah sebelumnya sampai berwarna kemerahan. Lidah Nero sebelumnya tampak seperti ada gangren dengan warna kehitaman. Namun sehari kemudian warna hitam itu menghilang dan yang tersisa adalah ulcer berwarna merah. Nero pun sudah mau makan sendiri meskipun hanya sedikit.
Terkait dengan otitis yang diderita Nero, saya menemukan satu statemen dari 5minutes yang bisa menjelaskan adanya kondisi ini.
" Otitis media/interna most often arises from extention of infection of the external ears through the tympanic membrane but may extend from oral and nasopharyngeal cavity via the eustachian tube. Otitis interna also can result from hematogenous spread of a systemic infection"Berdasarkan pernyataan tersebut saya bisa menarik benang merah bahwasannya pada kasus kucing Nero, otitis berasal dari infeksi di lidah (ulcer) yang masuk ke telinga melalui saluran eustachius.
Sumber utama dari calicivirus Nero belum diketahu dengan pasti sebab kucing yang lain masih dalam keadaan sehat. Saya menduga kondisi Nero saat itu sedang lemah, ditambah dengan tidak ada vaksinasi sehingga virus cepat berjangkit. Satu yang saya garis bawahi adalah kateterisasi selama satu minggu. Saya sebelumnya hanya melakukan kateterisasi selama 3-4 hari sebab selepas itu penis dan saluran kecing rentan terhadap infeksi. Perlu diingat, kateter adalah benda asing yang jika dipasang dalam jangka waktu panjang bisa menimbukan iritasi. Sempat juga awalnya saya menduga Nero demam akibat adanya infeksi dari kateter. Senior saya pun mengatakan hal serupa, bahwa biasanya hewan yang dikateter mengalami demam setelah kateter di lepas.
Bercermin dari kasus kucing Nero, sangatlah penting untuk mengecek status vaksinasi sebelum hewan masuk ke ruang rawat inap. Dan yang kedua adalah periksa dengan teliti setiap bagian dari tubuh hewan agar bisa lebih mengetahui detail dari penyakitnya. Kucing Nero saat ini dalam kondisi cukup baik. Infus masih terus diberikan. Kami tetap memantau suhu tubuhnya agar tetap pada kisaran normal. JIka pemilik mengambil, terapi akan dilanjutkan dengan oral medication untuk pemberian di rumah.
0 comments:
Post a Comment