Jum'at malam yang lalu seorang kawan mengajak saya pergi ke mall blok M. Ini
adalah pertama kalinya saya mengunjungi tempat tersebut selama tinggal di
Jakarta. Sebenarnya siang hari saya sudah lewat blok M namun tidak ke sana
sebab tujuan saya ke tanah abang. Oke, masuk ke mall blok M tidak ada yang
spesial. Sama seperti mall lainnya, penuh dengan toko-toko dan berbagai tempat
makan. Satu jam berputar-putar kami berpindah menuju blok M Plaza. Di bagian
depan ada dua patung ondel-ondel menyambut para pengunjung. Kemudian saya dan
teman saya ini mulai menjelajah. Walking and walking. Then I feel
something. Ini de javu. Tiba-tiba saya merasa saya sudah pernah mengunjungi
tempat ini dalam mimpi beberapa minggu yang lalu. Saya ingat betul dalam mimpi,
saya berjalan di tempat yang sama. Plaza ini didesain dengan bentuk jalan
melingkar dan menanjak sekitar 20-30 derajat seperti mengelilingi gunung. Dalam
mimpi saya melihat diri saya masuk ke toko buku dan asesories. Dan memang benar
bahwa beberapa saat yang lalu saya keluar dari sebuah toko asesories.
Pengalaman ini bukan pertama kali untuk saya. Ini sudah yang ke empat
kalinya. Pertama di utara gedung pusat UGM, kedua di Candi ratu boko, ketiga di
sebuah jalan di Purworejo. Berdasarkan penelusuran melalui dunia maya, apa yang
saya alami ini dinamakan sebagai deja visite yang merupakan bagian dari deja vu.
Lalu apa de javu itu? Istilah ini pertama kali muncul dari seorang peneliti
Perancis Émile Boirac (1851-1917) dalam
bukunya L’ Avenir des sciences
psychiques(“The future of Psychic Sciences“). Deja vu secara
harfiah dalam bahasa Perancis berarti 'pernah melihat/ pernah merasa'. Deja vu
ini juga disebut paramnesia yang dalam bahasa Yunani berarti "mendekati, nyaris'
dan 'ingatan/memori'.
Arthur Funkhouser membagi
deja vu menjadi beberapa bentuk antara lain Deja senti, Deja vecu, dan Deja
visite. Deja senti adalah sensasi pernah merasakan sesuatu. Deja vecu berarti
pernah melihat sesuatu terutama peristiwa. Dalam suatu quotation milik
Charles Dickens menyatakan "We have all some experience of a feeling, that
comes over us occasionally, of what we are saying and doing having been said and
done before, in a remote time – of our having been surrounded, dim ages ago, by
the same faces, objects, and circumstances – of our knowing perfectly what will
be said next, as if we suddenly remember it!" "...Kita memiliki semua
pengalaman tentang perasaan yang datang secara tiba-tiba, apa yang kita katakan
dan lakukan serasa pernah terjadi beberapa waktu sebelumnya..".
Sedangkan deja visite adalah suatu fenomena dimana seseorang merasa pernah
mengunjungi suatu tempat bahkan mengetahui seluk beluk tentang tempat
tersebut. Penyebab dari deja vu sendiri sampai saat ini masih menjadi suatu
penelitian. Ada yang mengatakan bahwa deja vu terkait dengan kemampuan
paranormal adapula yang menghubungkannya dengan suatu penyakit degeneratif otak.
Sebanyak 70% manusia di dunia ini pernah mengalami deja vu. Dan ada sekitar 40
teori yang menjelaskan mengenai deja vu ini. Salah satu teori yang menarik bagi
saya adalah teori milik Sigmund Freud mengenai teori 'Puncak Gunung Es'. Teori
ini menyatakan tentang pikiran sadar dan bawah sadar sebagai suatu pemahaman
terhadap fenomena deja vu. Pikiran sadar diibaratkan bongkahan yang muncul di
atas permukaan laut. Pikiran bawah sadar adalah bongkahan raksasa yang ada di
dalam laut. Sedangkan permukaan air adalah batas dari kesadaran. Sesungguhnya
sebagian besar informasi yang kita terima masuk dan tersimpan dalam alam bawah
sadar dan hanya sedikit yang muncul ke permukaan.
Bercermin dari teori tersebut, mungkin saja tempat dimana saya merasa pernah
mengunjungi sebelumnya sebenarnya pernah saya lihat secara tidak sadar. Mungkin
saja tempat itu pernah saya lihat secara tidak langsung di televisi, koran,
video, atau dalam bentuk visual lainnya. Kemudian secara tidak sadar
otak merekam tempat tersebut ke dalam alam bawah sadar dan baru muncul ketika
saya berkunjung ke tempat tersebut. Oleh karenanya saya merasa hal tersebut
sebagai suatu deja visite.
Dibelakang teori ini masih banyak teori-teori lain yang saling mendukung atau
saling berlawanan. Bagi orang yang mengalami suatu deja vu tentu akan merasakan
suatu 'kebingungan', 'aneh', dan merasa familiar dengan hal yang dilihat,
dirasakan, atau dikunjungi. Bahkan tak jarang merasakan hal tersebut seperti
berada di luar jangkauan otak tentang asal dan proses deja vu itu terjadi. Semua
seperti terjadi begitu saja.
Seabad berlalu, studi terhadap deja vu tetap
berlangsung meskipun asal muasalnya belum menampakkan suatu kejelasan yang
pasti. Deja vu terus menjadi suatu fenomena yang misterius hingga muncul suatu
pertanyaan "Apakah orang yang mengalami deja vu sedang melalui suatu perjalanan
menuju realita yang tak pernah ada sebelumnya atau mereka yang terlalu 'buta'
hingga tak menyadari atas suatu peristiwa tertentu?"
referensi
http://pointersviewpoint.wordpress.com/2010/05/27/deja-vu-deja-visite-deja-senti/
http://id.wikipedia.org/wiki/D%C3%A9j%C3%A0_vu
http://xfile-enigma.blogspot.com/2010/01/fenomena-deja-vu-yang-misterius.html
Ini Deja Vu
Sunday, July 1, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment