Ini Deja Vu

Sunday, July 1, 2012

Jum'at malam yang lalu seorang kawan mengajak saya pergi ke mall blok M. Ini adalah pertama kalinya saya mengunjungi tempat tersebut selama tinggal di Jakarta. Sebenarnya siang hari saya sudah lewat blok M namun tidak ke sana sebab tujuan saya ke tanah abang. Oke, masuk ke mall blok M tidak ada yang spesial. Sama seperti mall lainnya, penuh dengan toko-toko dan berbagai tempat makan. Satu jam berputar-putar kami berpindah menuju blok M Plaza. Di bagian depan ada dua patung ondel-ondel menyambut para pengunjung. Kemudian saya dan teman saya ini mulai menjelajah. Walking and walking. Then I feel something. Ini de javu. Tiba-tiba saya merasa saya sudah pernah mengunjungi tempat ini dalam mimpi beberapa minggu yang lalu. Saya ingat betul dalam mimpi, saya berjalan di tempat yang sama. Plaza ini didesain dengan bentuk jalan melingkar dan menanjak sekitar 20-30 derajat seperti mengelilingi gunung. Dalam mimpi saya melihat diri saya masuk ke toko buku dan asesories. Dan memang benar bahwa beberapa saat yang lalu saya keluar dari sebuah toko asesories.
Pengalaman ini bukan pertama kali untuk saya. Ini sudah yang ke empat kalinya. Pertama di utara gedung pusat UGM, kedua di Candi ratu boko, ketiga di sebuah jalan di Purworejo. Berdasarkan penelusuran melalui dunia maya, apa yang saya alami ini dinamakan sebagai deja visite yang merupakan bagian dari deja vu. Lalu apa de javu itu? Istilah ini pertama kali muncul dari seorang peneliti Perancis Émile Boirac (1851-1917) dalam bukunya L’ Avenir des sciences psychiques(“The future of Psychic Sciences“). Deja vu secara harfiah dalam bahasa Perancis berarti 'pernah melihat/ pernah merasa'. Deja vu ini juga disebut paramnesia yang dalam bahasa Yunani berarti "mendekati, nyaris' dan 'ingatan/memori'.
Arthur Funkhouser membagi deja vu menjadi beberapa bentuk antara lain Deja senti, Deja vecu, dan Deja visite. Deja senti adalah sensasi pernah merasakan sesuatu. Deja vecu berarti pernah melihat sesuatu terutama peristiwa. Dalam suatu quotation milik Charles Dickens menyatakan "We have all some experience of a feeling, that comes over us occasionally, of what we are saying and doing having been said and done before, in a remote time – of our having been surrounded, dim ages ago, by the same faces, objects, and circumstances – of our knowing perfectly what will be said next, as if we suddenly remember it!" "...Kita memiliki semua pengalaman tentang perasaan yang datang secara tiba-tiba, apa yang kita katakan dan lakukan serasa pernah terjadi beberapa waktu sebelumnya..".
Sedangkan deja visite adalah suatu fenomena dimana seseorang merasa pernah mengunjungi suatu tempat bahkan mengetahui seluk beluk tentang tempat tersebut. Penyebab dari deja vu sendiri sampai saat ini masih menjadi suatu penelitian. Ada yang mengatakan bahwa deja vu terkait dengan kemampuan paranormal adapula yang menghubungkannya dengan suatu penyakit degeneratif otak. Sebanyak 70% manusia di dunia ini pernah mengalami deja vu. Dan ada sekitar 40 teori yang menjelaskan mengenai deja vu ini. Salah satu teori yang menarik bagi saya adalah teori milik Sigmund Freud mengenai teori 'Puncak Gunung Es'. Teori ini menyatakan tentang pikiran sadar dan bawah sadar sebagai suatu pemahaman terhadap fenomena deja vu. Pikiran sadar diibaratkan bongkahan yang muncul di atas permukaan laut. Pikiran bawah sadar adalah bongkahan raksasa yang ada di dalam laut. Sedangkan permukaan air adalah batas dari kesadaran. Sesungguhnya sebagian besar informasi yang kita terima masuk dan tersimpan dalam alam bawah sadar dan hanya sedikit yang muncul ke permukaan.
Bercermin dari teori tersebut, mungkin saja tempat dimana saya merasa pernah mengunjungi sebelumnya sebenarnya pernah saya lihat secara tidak sadar. Mungkin saja tempat itu pernah saya lihat secara tidak langsung di televisi, koran, video, atau dalam bentuk visual lainnya. Kemudian secara tidak sadar otak merekam tempat tersebut ke dalam alam bawah sadar dan baru muncul ketika saya berkunjung ke tempat tersebut. Oleh karenanya saya merasa hal tersebut sebagai suatu deja visite.
Dibelakang teori ini masih banyak teori-teori lain yang saling mendukung atau saling berlawanan. Bagi orang yang mengalami suatu deja vu tentu akan merasakan suatu 'kebingungan', 'aneh', dan merasa familiar dengan hal yang dilihat, dirasakan, atau dikunjungi. Bahkan tak jarang merasakan hal tersebut seperti berada di luar jangkauan otak tentang asal dan proses deja vu itu terjadi. Semua seperti terjadi begitu saja.

Seabad berlalu, studi terhadap deja vu tetap berlangsung meskipun asal muasalnya belum menampakkan suatu kejelasan yang pasti. Deja vu terus menjadi suatu fenomena yang misterius hingga muncul suatu pertanyaan "Apakah orang yang mengalami deja vu sedang melalui suatu perjalanan menuju realita yang tak pernah ada sebelumnya atau mereka yang terlalu 'buta' hingga tak menyadari atas suatu peristiwa tertentu?"

referensi
http://pointersviewpoint.wordpress.com/2010/05/27/deja-vu-deja-visite-deja-senti/
http://id.wikipedia.org/wiki/D%C3%A9j%C3%A0_vu
http://xfile-enigma.blogspot.com/2010/01/fenomena-deja-vu-yang-misterius.html

0 comments: