Sebuah Kenangan Tentang Brokoli

Friday, May 11, 2012

Satu piring sayur berwarna hijau itu terhidang di atas meja bersebelahan dengan mangkok berisi ayam goreng. Kalau biasanya brokoli disajikan dalam bentuk tumis, kali ini bude (panggilan untuk kakak ipar ayah saya) menyulapnya menjadi brokoli bersalut tepung. Rasanya cukup enak, sangat gurih dan tidak terlalu asin. Beberapa kali bude membujuk saya untuk 'tanduk', maksudnya tambah. Saya menanggapi tawaran bude tersenyum-senyum sambil menghabiskan makanan yang masih ada. Tak tahan, sayapun membawa piring kembali ke meja makan dan mengisinya lagi. Lain waktu saat saya berkunjung ke tempat bude, kembali terhidang brokoli. Bude kali ini membuat brokoli rebus beserta rebusan sayur yang lain. Terus terang saja, menu sayuran segar pasti menggelitik perut saya untuk langsung makan besar. Tapi saya harus bersabar, sebab bude membutuhkan bantuan saya untuk menyelesaikan memasak menu utama untuk makan siang. Bude memang sering mengajak saya ke dapur, memberi tahu perihal dapur serta masak memasak. Dan entah mengapa setiap kali melihat ataupun memakan brokoli saya teringat dengan bude. Inovasi brokoli dari bude menginspirasi saya untuk kreatif mengolah brokoli. Tak hanya itu, brokoli ternyata membangkitkan kenangan bersama bude yang sering bercerita tentang masa mudanya, cerita tentang cinta, serta wejangan yang beliau sampaikan. Saat ada waktu luang bude menyempatkan diri untuk mengisi TTS ataupun membaca tabloid nyata yang sudah menjadi langganannya. Hal lain yang paling saya ingat adalah bude sering memberikan nasehat perihal jodoh juga berpenampilan yang baik. Mendekati akhir tahun 2010, sebuah kabar sampai di telinga saya. Kala itu saya sedang berada di luar negeri. Yup, bude telah berpulang kepadaNya setelah menjalani masa sakit yang panjang semenjak pertengahan tahun. Terakhir kali saya bertemu bude adalah saat saya berpamitan pulang ke Lampung, Saat itu saya juga tahu bahwa sebenarnya bude dalam kondisi yang kurang baik. Namun apadaya Tuhan berkata lain, saya tak bisa berbuat apa-apa. Saya hanya berdoa agar bude tenang berada di sisiNya. Semua nasehat, pesan, dan apapun yang telah bude ajarkan kepada saya mudah-mudahan bisa saya ingat dan amalkan. Sayapun akhirnya harus berkata. “To my lovely aunt: A Brocolli brings me into a deep Memory”

The Challenge

Thursday, May 10, 2012

"Menulis itu susah-susah gampang. Ketika sudah menemukan satu titik kenyamanan dalam menulis, maka sebuah tulisan akan mengalir secara spontan dan menjadi lebih tasty" Kompasiana freez, salah satu sub dari kompasiana ini merupakan suatu wadah yang menampung tulisan dari setiap orang. Bedanya dengan kompasiana adalah adanya tuntutan bagi para anggota untuk menulis dengan sebuah topik yang diajukan. Kompasiana freez ini bersifat bebas, tidak ada keharusan untuk mengikuti. Setiap minggu topik yang diangkat tentu berbeda-beda. Minggu lalu topik yang diangkat adalah "aku dan hewan peliharaan". Minggu ini topiknya mengenai buku. Terus terang, saya pernah membuat suatu draft mengenai novel yang belum selesai. Sepertinya saya harus mengedit beberapa bagian jika ingin memasukannya ke kompasiana freez. Kemungkinan lain adalah saya membuat dengan judul berbeda. Kebetulan tiba-tiba muncul suatu ide untuk menulis tentang genre sebuah novel kegemaran saya. Untuk saat ini saya belum menemukan kalimat pertama yang pas, saya mengalihkannya dengan mencari beberapa gambar yang mendukung tulisan saya nantinya. Bagi saya kalimat pertama dari sebuah tulisan baik itu artikel, cerita, atau novel adalah hal yang paling penting. Sebab bagian-bagian pertama adalah penentu agar pembaca tertarik untuk melanjutkan membaca ke paragraf dua hingga seterusnya. Untuk sementara saya akan mendiamkan tulisan ini dulu sambil berfikir kalimat yang cocok. Begitu kalimat itu saya temukan, maka kata-kata selanjutnya akan lebih mudah terurai dari isi kepala saya. Inilah yang dinamakan tantangan dalam menulis. Menulis artikel hanyalah satu bagian kecil tantangan seorang jurnalis. Tantangan terbesar adalah ketika penulis dituntut untuk menyelesaikan tulisan dengan deadline tertentu, padahal untuk memunculkan ide beserta alur sebuah tulisan tidaklah mudah. Kadang kala diperlukan waktu ataupun inspirasi lebih agar tulisan itu bisa menarik dan enak dibaca. Kompasiana freez hanya sedikit tantangan untuk menulis. Dan sayapun akan mencobanya lagi. Terakhir kali tulisan saya sempat masuk kompas edisi bulan April. Awalnya tidak menyangkan sebab saya selalu berpikir bahwa saya hanyalah penulis amatir yang hobi untuk menulis. Dengan dimuatnya tulisan saya di koran setidaknya saya tahu bahwa bakat menulis dalam diri saya itu ada. Dengan begitu saya akan lebih rajin lagi untuk menulis dan mengeksplorasi gaya menulis saya agar lebih baik dan lebih baik lagi.

Vision of Future and The Water Phylosophy

Wednesday, May 9, 2012

Thingking about future... Of course It'll not far away from our life, what kind of our life, what to do next, and how to face the life. Everybody have their own opinion about the future of life, and so do I. I can see how some people around me see the future (hmmm.... I don't know since when I observe about people's mind). But I can feel it that people think in their own way about how to reach their future. Actually I musn't and I'm not capable to think about people. It must be better if I think about my self. Yes it's true. I just want to see and I also want to combine to do list for the future. The most important for me now is to get stable life, economics, and also heart. It would be very difficult cause I don't know the future. Several days ago I talked about 'water' with my friend. Unusual topic, because we talk about 'Water Phylosophy". And in the end, we can make it, we combine it become a perfect sentence, "Just flow and follow the watercourse of life. Let it brings us. Even though the water always go down, but we also know that the water always find the estuary, the end of their destination.

Setitik Rasa

Tuesday, May 8, 2012

Aku tak dapat tersenyum pagi ini, Satu titik rasa itu bergejolak dalam dadaku. Titik itu seperti menusuk hingga ke dasar lubuk hatiku. Titik itu memberikan luka tak terkira. Mimik wajahku tak mampu berbohong. Meskipun aku mencoba menutupi, aku tak mampu membohongi diriku sendiri. Setitik rasa itu sudah menjalar ke pembuluh darah di seluruh tubuhku. Sehingga antara hati dan otakku seakan gamang, sulit untuk berjalan berdampingan. Bagiku kini semua sulit untuk di logika. Bahkan hal yang di depan matapun sudah tak ku anggap lagi. Rasa itu....ada.... namun ia datang dan pergi. Rasa itu hanya sebuah titik, tapi goresannya tepat mengena di jantungku. Membuatku sulit bernafas, tak dapat berkata, dan masuk dalam lingkaran tanda tanya. Setitik rasa itu bagai bagian dari diriku. Kepergiannya meninggalkan angan yang merekat erat dalam substansi abu-abuku. Kedatangannya membawa asa yang mengukir substansi putihku. Kini aku mendapati titik itu ada di sudut mataku. Aku bahkan tak dapat melihatnya dengan mata hatiku. Persembunyiannya bagai sebuah teka teki tanpa petunjuk. Kemunculannya bagai sebuah langkah tanpa jejak. Rasa itu.... akan tetap menjadi sebuah titik yang hanya bisa kurasakan tanpa bisa melihatnya. Rasa itu.... hanyalah sebuah pengharapan yang bisa sentuh namun tak bisa ku genggam.

Hanya Ingin Menulis

Sunday, May 6, 2012

Aku hanya ingin menulis, melukiskan sebuah kisah dalam huruf dan kata, merangkainya dalam baris-baris kalimat. I just want to write, soak the paper with a lot of words, fulfill it with black ink, and make it as a beautiful history. Menulis, cukup itu yang aku inginkan. Dengan begitu aku akan puas karenanya. Meskipun aku tak mampu menghempaskan semuanya, meskipun aku tak bisa meluapkan segalanya. The only write I want, it just enough for me. I'll be satisfied with it. Even if it's hard, even if it's difficult. But I know I can face it. Hanya dengan menulis aku bisa ungkapkan sepotong cinta dalam sastra. Aku dapat uraikan duka dalam bahagia. Dan aku bisa membingkai berbagai cerita dalam figura kata.

Senangnya Bisa Tahu Banyak Bahasa

Berapa banyak bahasa yang Anda tahu? Seberapa menguasai terhadap bahasa itu? Apakah ada untungnya belajar banyak bahasa? Attention!!! Jangan pernah berkata tidak ada untungnya kalau belum pernah mencobanya. Kalau saya merasakan sensasi yang menyenangkan ketika mengetahui apa yang dikatakan orang, sementara orang di samping saya hanya terbengong-bengong. Bukan bermaksud mengejek, tapi inilah salah satu keuntungan mengetahui banyak bahasa. Selain bisa berkomunikasi saya juga tidak akan bisa dibohongi oleh orang lain, sebab saya tahu apa yang mereka katakan. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali saya harus senyum-senyum saat para klien sibuk berbicara dengan 'bahasa ibu' mereka. Dalam hati saya berkata, 'Hey, I know what they're talking about'. Peristiwa-peristiwa di atas terjadi ketika klien yang berkebangsaan Korea datang ke klinik beberapa waktu yang lalu. Sebenarnya mereka bisa berbahasa Indonesia. Namun terkadang mereka bicara dengan bahasa Korea terhadap hewan peliharaannya atau dengan keluarga yang ikut mengantar. Telinga saya langsung bereaksi ketika mendengar percakapan mereka. Sedikit-sedikit saya mengerti topik yang sedang mereka bicarakan, meskipun tidak ikut nimbrung. Dan, mohon maaf bagi teman di sebelah saya, "I can't tell you what they're talking about now". Dari sinilah saya mata saya terbuka bahwa bahasa Korea yang pernah saya pelajari itu ada manfaatnya, bukan untuk bermain-main atau sekedar kepuasan belaka. Kejadian yang serupa juga pernah saya alami ketika seorang klien berkebangsaan Singapura datang dengan kucingnya. Beberapa kali si klien ini menggunakan bahasa Melayu. Otomatis teman saya agak kebingungan menjawab karena kurang paham. Pada akhirnya sayapun mentransfer informasi dari klien ini kepada teman saya ini. Beberapa kejadian lainnya berkaitan dengan bahasa Inggris. Meskipun bahasa Inggris sudah masuk dalam daftar pelajaran sejak sekolah dasar tetapi bahasa Inggris sangat jarang digunakan untuk percakapan sehari-hari. Oleh karenanya ketika bertemu dengan orang asing kebanyakan orang Indonesia akan mengalami kesulitan berkomunikasi. Dari semua teman-teman saya, pasti mereka akan berkata "Saya tahu apa yang mereka katakan, tapi saya bingung untuk menjawabnya. Otak saya berpikir kata apa yang akan saya pakai, grammar, juga tenses nya". Kalau sudah begini, biasanya saya hanya akan menyarankan, "Keluarkan saja apa yang ada di kepalamu. Jangan terpaku pada tenses atau grammar. Bahasa itu bersifat fleksibel, yang paling penting adalah lawan bicaramu mengerti apa yang kamu sampaikan". Bahasa apa saja yang kamu tahu? Apakah harus bahasa asing? Saya rasa, kita sebagai bangsa Indonesia memang dilahirkan dengan kemampuan bahasa cukup bagus. Indonesia tidak hanya punya banyak kebudayaan tetapi juga bahasa. Coba diingat lagi, pada saat masih kecil bahasa apa yang diajarkan oleh kedua orang tua kita? Paling minimal para orang tua mengajarkan anaknya bahasa Indonesia ditambah bahasa sehari-hari yang biasanya adalah bahasa daerah. Untuk bahasa daerah sendiri bisa lebih dari satu bahasa. Contohnya begini, si A lahir di Lampung, kedua orang tuanya bersuku Lampung, saat di rumah ia banyak berbicara dengan bahasa Lampung, Namun ketika bermain ia berbicara bahasa Jawa yang memang dipergunakan oleh teman-temannya. Saya rasa mengetahui bahasa daerah akan bermanfaat kalau kita sering travelling alias jalan-jalan keliling Indonesia sebab cara termudah untuk berbaur dengan masyarakat di daerah adalah dengan komunikasi. Bicara komunikasi tentu yang dimaksud adalah bahasa. Sebenarnya bisa juga menggunakan bahasa Indonesia, namun untuk di daerah biasanya agak terasa kaku dan formal. Belakangan ini saya mendengar bahwa SMA tempat saya bersekolah dahulu memiliki ekstrakurikuler bahasa. Tidak hanya satu bahasa, tapi tiga bahasa yaitu Jepang, Arab, dan Perancis. Wah....anak-anak sekarang pasti kemampuan bahasanya lebih tinggi lagi. Memiliki kemampuan berbahasa asing tentu akan jadi satu nilai plus. Selain bisa menambah kawan juga dapat dipergunakan sebagai modal untuk berbisnis. Tak jarang lho, orang mendapatkan uang dari kemampuannya berbahasa. Oleh karena itulah sayapun memacu diri untuk terus maju dan tidak ketinggalan. Di saat orang lain bisa lebih dari satu bahasa, saya yakin bahwa saya juga bisa melakukannya bahkan lebih dari itu. Kalau boleh membuat satu program, saya juga ingin suatu saat bisa mempelajari bahasa Cina dan Jerman. Saya rasa kedua bahasa ini cukup menarik dan bermanfaat. Lalu bagaimana dengan Anda? tertarik untuk mencoba?

Crash Into You

Friday, May 4, 2012



Kategori:















Buku
Jenis Romansa
Penulis: aliaZalea

After one week in waiting, finally I bought this novel yesterday. The first impression of this novel is not as excite as 'Celebrity Wedding'. I spend half of this book without any 'feel'. It just like nothing happen and interest moment. I didn't feel any fluttering or romantic scene like I wish.

This novel is telling us about Nadia who has the most hate guy in all of her life, Kafka. And one day in her life, when she was in 29 years old she find herself in Kafka's hotel room. Then this two persons make a communication without state what the name of their relationship. They do flirting by message, skinship, kissing, hugging, etc. But then missunderstanding happen when Kafka leaves Nadia without any message.

Ok, I confess that some story of this novel same with my love story. This novel is happy ending. But I don't know wwheter my love story will be same with this novel or different et al.

After all I finish this novel I guess I must read again one more time. I want to find what the 'miss' feeling from this novel. I know that aliaZalea try to make this novel chick and interest. Sometimes I also feel that this novel similar with the previous novel, 'miss pesimis'. Maybe the author too fast make new story so that the taste almost same.

Maybe just an advice for the author to be more carefull with the story. I hope I can find something new in her next novel. Perhaps she can put the third character to make the novel more wonderfull :)