Hari Rabu, pukul 16.00. Sebuah telefon masuk, dari ibu. Terdengar suara diujung sana, tetangga depan rumah dengan suara isak tangis di belakangnya. Innalillahi wa innailaihi rojiun...Bapak sudah berpulang.
Tak akan ada lagi suara laki-laki di rumah yang memanggilku dek
Tak ada lagi laki-laki yang berjalan dengan membungkuk dan langkah kaki yang mengusap lantai
Tak ada lagi laki-laki yang berkutat dengan kandang dan tanamannya di samping rumah
Tak ada lagi laki-laki yang tidur sembari mendengkur di kamar belakang
Tak ada lagi laki-laki yang meminta dicarikan lagu jawa, lawas ataupun film kerajaan
Tak ada lagi laki-laki yang di pagi hari membawa motor untuk membeli kangkung dan di sore hari membeli tahu bunting
Tak ada lagi laki-laki yang mandi di kamar mandi belakang dan mengotori lantainya
Tak ada lagi laki-laki yang di jam-jam sholat bergegas ke masjid, mengenakan kupluk kesayangan
Tak ada lagi laki-laki yang berjalan dengan suara menyapu lantai
Tak ada lagi laki-laki yang memainkan gitar itu sembari aku bernyanyi
Tak ada lagi laki-laki yang memutarkan lagu jawa dan keroncong sembari berdenang.
Tak ada lagi laki-laki yang utak atik sim salabim jadilah hasil karya
Tak ada lagi laki-laki yang tiap anaknya pergi titip dibelikan jajan dan oleh-oleh
Bapak....
Engkau sudah tak ada, namun bayangmu masih lekat saat aku melihat seisi rumah
Ketika aku melihat tanaman bungamu, pagar bambu mu, kebun bungamu, kandang ayam mu, sendal, baju, kopiah, buku, kaset, semua mengingatkanku padamu
Bapak...
Dengan apapun aku tak bisa membalas jasamu
Bahkan hingga akhir hayatmu aku belum bisa memberikan kebahagiaan yang sesungguhnya
Hanya kau yang mengantarku dalam setiap langkah hidupku...mulai dari masuk universitas, melepasku kerja di Brunei, hingga di tempat kerjaku saat ini.
Engkau juga yang melepasku untuk dipinang oleh suamiku saat ini.
Bapak...
Kalau aku kangen sama bapak gimana....pengen pegang dan peluk bapak gimana....
Bapak tau kan, aku kalau jalan sama Bapak suka gelendotan di lengannya bapak...
Dua minggu berlalu pun, rasa luka itu masih terasa hangat di dada, menyesakkan...
Janjiku dengan bapak, aku akan jaga ibu dengan baik
Aku pasti bisa pindah ke Jogja, kembali ke kota kita, membawa ibu turut serta, menikmati hari tua
Bapak...
Maafkan aku yang belum bisa melakukan banyak hal untukmu
Doakan aku dan mba bisa menjalani sisa kehidupan kami di dunia ini dengan baik dan membanggakanmu
Tenang disana pak.. moga Allah beri tempat yang lapang, terang, sejuk, nyaman
Doaku selalu teriring untukmu pak....
Husnul khotimah pak..
0 comments:
Post a Comment