Dia adalah Sofie, seekor cocker spaniel yang pada akhirnya tutup usia pada hari
ini. Keputusan itu datang dari pemilik Sofie. Sebelumnya Sofie telah menjalani
dua kali operasi pengangkatan tumor yang dideritanya. Maret 2012 adalah pertama
kalinya operasi pengangkatan itu dilakukan. Namun dua bulan kemudian tumor itu
muncul lagi di dada sebelah kiri. Dokter pun akhirnya memutuskan untuk melakukan
operasi kembali. Tak seperti operasi pertama yang hasil akhirnya bagus, sepuluh
hari pasca operasi kedua muncul satu benjolan lagi di bawah ketiak sebelah kiri.
Dokter tidak bisa melakukan pengangkatan pada tumor tersebut, selain lokasinya
yang berbahaya (berdekatan dengan jantung), Sofie sudah terlalu banyak terekspos
dengan anestesi. Hal tersebut beresiko apalagi untuk usia Sofie yang jika
dikonversi setara dengan manusia usia 90 tahun.
Beberapa kali Sofie datang ke klinik untuk mengecek tumor yang ukurannya kian
membesar. Tak berapa lama tumor itu akhirnya pecah dan membuat luka terbuka yang
lebar. Darah banyak keluar dari bagian tengah tumor. Terapi yang pilih oleh
dokter adalah secara simptomatis. Sofie diberikan antibiotik, vitamin, anti
peradangan (dalam hal ini di pakai (r)Ponstan) bahkan sang pemilik disarankan
untuk mencari obat tumor untuk manusia (TNF). Hingga akhirnya kemarin sore,
kondisi Sofie memburuk. Darah terus mengucur dari bagian tumor yang pecah.
Sepanjang jalan dari rumah menuju klinik Sofie terus menerus muntah dan ia
tampak tidak bergairah lagi. Akhirnya tepat pukul 09.45 obat untuk euthanasi
dimasukkan via intravena. Dan Sofie akhirnya rest in peace.
Dalam hal ini saya tidak akan mengomentari banyak tentang keputusan pemilik
karena kasus ini adalah hal yang berat. Bak buah simalakama, jika dibiarkan
Sofie akan menderita namun jika diberi pengobatan tidak memberikan jaminan
kondisi Sofie akan membaik. Satu hal yang saya lebih concern adalah dari
pendiagnosaan - terapi.
Tumor yang diderita Sofie adalah Mast Cell Tumour yang memiliki 4 grade.
Untuk mengetahui posisi grade hanya bisa dilakukan dengan biopsi dan pengujian
laboratorium. Sangat disayangkan, pada kasus Sofie kedua hal tersebut tidak
dilakukan. Padahal, menurut teori yang ada, jika tumor tersebut malignan maka
akan sangat berbahaya jika dilakukan pengangkatan. Pasca operasi jelas kondisi
hewan akan menurun, disamping itu bagian yang diambil akan mengalami
pembengkakan. Ingat, bahwa ukuran mast cell tumor itu bergantung pada tingkat
keradangan. Semakin banyak hal yang menimbulkan keradangan maka mast cell akan
makin aktif untuk mengeluarkan material keradangannya seperti histamin,
proteolytic enzim, heparin, dsb. Saya menduga tumor yang ada pada Sofie termasuk
tumor ganas atau malignan sebab pasca operasi muncul tumor yang lain.
Terapi yang diberikan untuk Sofie sebenarnya sudah sesuai pada jalurnya yakni
antibiotik, vitamin, juga anti inflamasi. Namun ada satu hal yang saya cermati
dari obat anti keradangan dimana terakhir yang diberikan adalah ponstan.
Ponstan adalah antiinflamasi dengan kandungan asam mefenamat. Dan asam mefenamat
bekerja dengan cara menghambat mediator radang prostaglandin melalui enzim
siklooksigenase. Memang, sel mast banyak mengandung granul-granul mediator
radang termasuk prostaglandin. Namun utamanya adalah histamin, prostaglandin
hanya bersifat meningkatkan keradangan artinya hanya bekerja potesial jika
bersama zat lain. Pemberian ponstan pada kasus ini sepertinya kurang membantu
karena memang yang paling tepat adalah pemberian kortikosteroid.
Kortikosteroid disinyalir mampu menghambat pembebasan asam
arakidonat yang mengakibatkan terhambatnya sintesis prostaglandin dan
leukotrien. Selain itu juga menghambat PAF
, tumor
nekrosis faktor (TNF) clan interleukin-1 (IL-1). Memang pemberian steroid akan
mendepres sistem kekebalan tubuh namun setidaknya keradangan dan pembengkakan
tumor dapat berkurang. Jenis kortikosteroid yang bisa diberikan seperti
prednisolone atau dexamethasone. Selain steroid, obat lain yang bisa diberikan
untuk mengurangi keradangan dengan menghambat reseptor H1 dan H2, yaitu
antihistamin. Ranitidine, cimetidine, dipenhidramin bisa digunakan untuk kasus
ini. Namun sayangnya, tak ada satupun dari ketiganya yang diberikan. Dan ketika
saya tanyakan hal tersebut kepada senior, tak ada jawaban yang memuaskan yang
bisa menjelaskan hal itu.
Saat-saat terakhir Sofie diceritakan pemilik muntah
berkali-kali. Dan, sebuah ucapan sampai di telinga saya, "Apa ada hubungannya
tumor dengan muntah?" Hmmm, untuk kasus ini sepertinya ada banyak celah yang
bisa di analisa. Hal yang perlu diingat adalah histamin. Pada tumor sel mast,
histamin bisa keluar jika ada reaksi hipersensitifitas, alergi, ataupun
keradangan lainnya. Dan jika tumor sudah bermetastasis ke saluran pencernaan
akan menimbulkan ulcer baik di lambung maupun di usus. Ulcer di lambung akan
menyebabkan keluarnya histamin dan hal tersebut akan memicu terjadinya muntah.
Ada satu hal lagi yang mungkin saja bisa menjadi penyebab
muntah, yaitu ponstan. Obat yang bersifat non steroid ini memang banyak
menimbulkan gangguan pada lambung. Asam mefenamat dan juga non steroid lainnya
bekerja dengan menghambat prostaglandin melalui enzim
siklooksigenase. Namun enzim siklooksigenase ada dua macam, COX 1 adalah enzim
yang membantu pembentukan prostaglandin untuk sistem normal dalam tubuh termasuk
perlindungan terhadap mukosa lambung. Sementara COX 2 hanya muncul ketika
terjadi suatu keradangan. Obat non steroid bekerja menghambat prostaglandin baik
terhadap COX 1 dan 2. ketidakselektifannya inilah yang akhirnya menyebabkan
kerja perlindungan mucosa lambung terganggu. Akibatnya histamin lambung
meningkat dan akhirnya muntah.
Obat terakhir yang ada baiknya diberikan adalah vincristine. Ini
adalah obat yang banyak diberikan pada kasus tumor seperti venereal tumor
ataupun herpesvirus. Menurut Merck Veterinary Manual, pemberian vincristine dan
vinblastin sangat membantu untuk mast cell tumor. Saya rasa untuk di Indonesia
tidak sulit untuk mendapatkan obat ini. Dan lagi-lagi saya harus bertanya-tanya,
mengapa obat ini tidak diberikan? apakah terlalu mahal? atau ada alasan lain
yang menyebabkan obat ini tidak menjadi pilihan?
Sofie saat ini sudah berpulang, namun kasusnya menyimpan banyak
pembelajaran terutama untuk saya. Saya sendiri melihat berbagai terapi yang
diberikan termasuk bagaimana cara pengangkatan tumornya. Euthanasi adalah jalan
terbaik untuk Sofie agar penderitaannya berkurang, Kasus mast cell tumor di
klinik cukup banyak. Masih ada 3 kasus lagi yang serupa dengan Sofie. Dan
mudah-mudahan kesemuanya bisa tertangani dengan baik tanpa mengulangi kesalahan
yang sama.
No comments:
Post a Comment